Karya Azhar Horo berjudul "In The Evening" 180 x180 cm. Acrylic on Canvas 2018 (KalderaNews/Frommyeyes) |
Pelukis kelahiran Boyolali, 27 Febuari 1976 yang pernah dinobatkan menjadi Best Painting from Fine Art Study Program oleh Institut Seni Indonesia, Yogyakarta, pada 1997 mengaku terinspirasi dari tragedi gempa bumi yang nyaris merenggut nyawanya. Ajaib, dia sukses mentransformasi pengalaman tak terduganya itu menjadi karya visual yang luar biasa.
“Gempa bumi itu membuat Azhar Horo merenungkan kembali, jiwanya yang nyaris terbang tertolong oleh tumpukan lukisan yang ada di hadapannya. Beberapa lukisan sobek, tidak bisa diperbaiki lagi. Sedangkan yang yang lain masih bisa diselamatkan. Debu-debu dari rumah yang roboh menutupi rambut di kepalanya. Bahkan dirinya keluar dari puing-puing itu sambil merunduk,” papar Kurator Pameran Frigidanto Agung pada KalderaNews. Ia lantas meyakini suasana itu dipelajari, dipilah, dan direnungkan kembali oleh Azhar Horo.
Melalui fenomena di balik benda bahwa kenyataan itu memiliki sesuatu di dalamnya atau sesuatu yang gres dalam ruang kendali benda itu sendiri, Azhar Horo berupaya pun mengolah kotak-kotak dalam suatu benda aktual, yang hasilnya mewujud menjadi piksel-piksel sebagai gaya dirinya. Tak cuma itu saja, piksel-piksel itu juga yang membentuk objek visual sesungguhnya.
“Jika memperhatikan apa yang dilukisnya secara mendalam maka akan ditemukan kemiripan bagaimana penggunaan piksel itu dalam foto-foto media massa yang semestinya tidak dinampakkan, contohnya seorang kriminal, dalam koran kuning, yang selalu ditutup piksel-piksel parasnya supaya tidak nampak identitas parasnya,” kata Agung.
“Kekuatan piksel untuk menutupi identitas seseorang dalam foto media massa itu menjadi ilham saya mengolah kembali visual dalam lukisan saya sehingga dapat menjadikan tertata sesuai bentuk-bentuk yang saya harapkan,” lanjutnya.
Azhar Horo dengan gaya lukis yang secara umum dikuasai dengan piksel-piksel ini menjadi semacam pembuktian bahwa jiwa dan hidupnya yakni berkesenian, sehingga peristiwa pun menjadi hidangan visual artistik di tangannya.
“Saya cuma mengulang peristiwa ini lewat kenangan dari insiden yang saya alami. Melalui kejadian itu, inspirasi saya muncul untuk menciptakan lukisan yang bisa kembali mengingatkan bahwa robohnya rumah dengan tembok yang hancur dan abu beterbangan menjadi gaya lukisan yang aku hadirkan di atas kanvas,” saya Azhar Horo dengan sorot mata menerawang dan kernyit anggapan yang mencoba mengingat insiden demi kejadian di abad kemudian. (JS)
* Jika merasa postingan ini berfaedah, silakan dishare pada kerabat, teman dan teman-temanmu. Sumber https://www.kalderanews.com/