Peserta Program SabangMerauke (KalderaNews/Ist) |
Kemunculan acara SabangMerauke (Seribu Anak Bangsa Merantau Untuk Kembali) atau program pertukaran pelajar antar tempat di Indonesia ingin merawat dan mempertahankan harmoni, teristimewa untuk menanamkan nilai-nilai toleransi, pendidikan dan keindonesiaan. Pendaftaran acara ini klik: Yuk, Daftar Program SabangMerauke 2018 Ini.
SabangMerauke ingin menanamkan rasa toleransi pada sesama tanpa memandang latar belakang agama, budaya, kelas sosial, ataupun sekat-sekat perbedaan yang lain. SabangMerauke percaya bahwa toleransi tidak mampu cuma diajarkan, tetapi harus dialami dan dicicipi.
Program yang sudah dimulai 2013 lalu ini membuka cakrawala belum dewasa Indonesia dalam memahami pentingnya toleransi antar suku ataupun antar agama bagi abad depan bangsa.
”Seringkali intoleransi muncul bukan karena rasa benci, namun keengganan untuk saling mengenal lebih baik. Kami ingin mengajak bawah umur ini untuk mengenal keberagaman, mencicipi sendiri rasanya hidup dengan yang berbeda dari dirinya. Sehingga peluangnya, akan tumbuh rasa toleransi dan saling hormat menghormati. Apapun latar belakang agama dan sukunya,” terperinci Managing Director SabangMerauke Reynold Hamdani pada KalderaNews.
BACA JUGA:
Yuk, Daftar Program SabangMerauke 2018 Ini
Diharapkan, selepas aktivitas ini berakhir Adik SabangMerauke (ASM) pulang ke tempat asalnya dan menjadi duta toleransi di Indonesia. Kegiatan ini juga dibutuhkan mampu berdampak besar kepada KSM dan FSM dalam memaknai toleransi dan perbedaan. Diberitakan KalderaNews sebelumnya, acara ini melibatkan Adik SabangMerauke (ASM), Kakak SabangMerauke (KSM) dan Famili SabangMerauke (FSM).
"Ternyata penting sekali untuk mengetahui fatwa-pedoman agama yang berlainan dari anutan agama yang kita yakini. Karena dengan memahami, kita mampu saling menghargai dan menghormati keberagaman, dengan begitu maka akan tercipta persatuan," ungkap Ken Cinta An Rusdewo, ASM 2017 beragama Nasrani, asal Solo. Hal ini Ken ungkapkan pasca kunjungannya ke Masjid Istiqlal selama mengikuti program SabangMerauke, yang ialah pengalaman pertamanya mengunjungi masjid.
Hal serupa juga diungkapkan oleh salah satu Perumus SabangMerauke Ayu Kartika Dewi, ia berharap SabangMerauke mampu berkontribusi pada perdamaian bangsa, seperti yang dicita-citakan pada saat pendiriannya.
”SabangMerauke dibentuk atas upaya berpartisipasi membantu merealisasikan Indonesia yang lebih damai. Karena kami percaya, toleransi tidak bisa cuma diajarkan, toleransi mesti dialami dan dicicipi,” ujar Ayu.
Selama lima tahun, jumlah pendaftar SabangMerauke secara keseluruhan meraih 1.125 orang. Adik- adik yang mendaftar selaku ASM berjumlah 853 orang, pendaftar KSM berjumlah 235 orang, dan pendaftar FSM sejumlah 37 keluarga.
Pada 2017 kemudian, salah satu dongeng SabangMerauke terpilih sebagai Good Story of The Year mewakili Indonesia yang diselenggarakan oleh Our Better World dari Singapore International Foundation (SIF).
Di abad depan, SabangMerauke berharap ingin terus berbagi lebih banyak cerita-cerita indah perihal keberagama dan toleransi di Indonesia. Mari bersama terus #merawattoleransi di Indonesia. (JS)
* Jika merasa artikel ini berguna, silakan dishare pada kerabat, sahabat dan teman-temanmu. Sumber https://www.kalderanews.com/