Para diplomat senior penerima diklat Sekolah Staf dan Pimpinan Kemlu (Sesparlu) angkatan 59 mendatangi Pak Habibie di kediaman beliau di Jakarta, pada Jumat (6/7) pekan lalu (KalderaNews/Kemlu) |
Demikian pesan penting Bapak Bacharudin Jusuf Habibie, Presiden ke-3 RI, kepada para diplomat senior peserta diklat Sekolah Staf dan Pimpinan Kemlu (Sesparlu) angkatan 59. Sebagai bab dari mata diklat “Leadership with Ethics and Values”, mereka mendatangi Pak Habibie di kediaman dia di Jakarta, pada Jumat (6/7) pekan lalu.
Dalam kunjungan itu, para diplomat didampingi oleh Kepala Pusdiklat Kemlu, Yayan G.H. Mulyana; dan Direktur Diklat Sesparlu, June Kuncoro Hadiningrat.
“Persatuan bangsa Indonesia sudah menjadi akad bersama, bahkan semenjak sebelum proklamasi kemerdekaan pada 1945. Tonggak utama persatuan Indonesia antara lain adalah Sumpah Pemuda yang dikumandangkan pada 1928, yang lalu dilanjutkan dengan Pancasila,” tutur Pak Habibie dalam keterangan pers Kemlu pada KalderaNews.
“Persatuan Indonesia ialah modal utama bangsa ini melaksanakan pembangunan. Tanpa ada persatuan, tidak ada pembangunan. Karena itulah, persatuan mutlak diperlukan. Pemimpin dan semua bagian rakyat Indonesia, termasuk diplomat, harus turut menjaganya,” pesan Pak Habibie.
Ia juga menegaskan pembangunan yang cuma mengandalkan sumber daya alam tidak akan bertahan. Dengan jumlah penduduk yang besar, Indonesia mesti membangun sumber daya manusia.
“Kita harus mampu terus ciptakan manusia yang unggul, produktif, dan efisien. Ini hanya bisa dilakukan dengan pendidikan intelektual dan adab” tambahnya.
Terkait dengan profesionalisme, Presiden Habibie mengingatkan diplomat harus berbudaya tetapi tegas.
Dalam diskusi, para diplomat juga menanyakan peran utama yang mesti dimainkan diplomat dalam dinamika global ketika ini. Pak Habibie menjawab tegas “Diplomat mesti terus kedepankan kepentingan nasional.” (JS)
* Jika merasa artikel ini berguna, silakan dishare pada kerabat, teman dan teman-temanmu. Sumber https://www.kalderanews.com/