Napak Tilas Legenda Di Antara Telogo Warno-Pengilon Di Dieng

Pengunjung melintasi Legenda Batu Tulis di Telogo Warno-Pengilon, Dieng (KalderaNews/JS de Britto)
DIENG, KalderaNews.com - Obyek rekreasi yang terletak di ketinggian sekitar 2.000 m di atas permukaan bahari dengan suhu berkisar 12—20 °C di siang hari dan 6—10 °C di malam hari ini menunjukkan beragam destinasi warisan budaya, alam dan legenda yang sungguh memikat. Yup, Dataran Tinggi Dieng.

Dikelola dua kabupaten, ialah Banjarnegara dan Wonosobo, daerah yang pada demam isu kemarau (Juli dan Agustus) suhu udaranya mampu mencapai 0 °C di pagi hari dan memunculkan embun beku yang oleh masyarakatsetempat disebut bun upas atau embun racun alasannya menyebabkan kerusakan pada tumbuhan pertanian, ini mempunyai destinasi yang kaya akan lengenda.

Telaga Warna (Telogo Warno) (KalderaNews/JS de Britto)
Telaga Warna (Telogo Warno) biasa dijadikan untuk sesi pemotretan model dan pre-wedding (KalderaNews/JS de Britto)
Setidaknya ada 3 (tiga) legenda yang bisa kita temui begitu kita memasuki salah satu destinasi rekreasi yang disebut Telaga Warna (Telogo Warno) yang letaknya bersebelahan persis dengan Telogo Pengilon. 

Telaga Warna (Telogo Warno) ialah suatu telaga yang sering memunculkan nuansa warna merah, hijau, biru, putih, dan lembayung. Sementara itu, Telaga Pengilon sendiri warna airnya bening mirip tidak tercampur sulfur. Keunikan lain yang bisa dinikmati begitu kita sampai di antaranya yaitu pembatas kedua telaga tersebut hanyalah rerumputan. Karena sudah dimodernisasi maka kita bisa berjalan di antara dua telaga ini.


Batu Tulis (KalderaNews/JS de Britto)

Sesajen (KalderaNews/JS de Britto)
Di dua destinasi telaga ini ada banyak hal yang bisa dicicipi selain kecantikan Telogo Warno dan Pengilon itu sendiri adalah Rumput Wlingi, Mandar Batu, Pesanggrahan Bumi Pertolo, Itik Gunung (mliwis), Batu tulis, Gua Jaran, Kolam di Gua SUmur, Gua Sumur, Gua Semar, Kawah Sikendang dan Bukit Sidengkeng.

Dan pastinya tiga legenda ini sungguh bersahabat bagi penduduk setempat. Ketiga legenda tersebut ialah Legenda Batu Tulis, Legenda Jaran dan Legenda Batu Sumur.

Legenda Batu Tulis merupakan kerikil besar yang berada di "pulau" yang ada di antara Telogo Warno dan Telogo Pengilon. Konon kalau orangtua yang anaknya belum mampu membaca memohon pada Yang Maha Kuasa di kawasan batu ini berada maka si anak akan segera bisa membaca.

Legenda Jaran (dalam bahasa Indonesia, jaran berarti kuda) dulu menjadi daerah pertapaan Resi Kendaliseto. Di sini terdapat legenda yang menceritakan bahwa pada suatu hari hujan turn sangat deras dan ada seekor kuda yang kebingungan mencari daerah berteduh. Dia berlari kesana-kemari sampai balasannya memperoleh sebuah lobang besar lalu masuk ke dalamnya. Namun anehnya saat keluar keesokan harinya sudah dalam keadaan bunting. Dari legenda ini maka sekarang ada sebagian orang yang mempercayai bahwa gua ini mampu menolong kaum wanita yang ingin memiliki keturunan dengan cara bersemedi di dalamnya.

Pengunjung di depan Gua Sumur (KalderaNews/JS de Britto)
Legenda Gua Sumur. Di dalam gua ini terdapat suatu bak kecil yang airnya sungguh jernih dan hambar sehingga disebut Gua Sumur. Airnya yang dikenal dengan Tirta Prawitasari dipercaya memiliki tuah dan dijaga Eyang Kumolosari. Air dari gua ini sering dimanfaatkan oleh umat Hindu dari Pulau Bali untuk upacara Muspe atau Mabakti. Selain itu, air Tirta Prawitasari ini juga dipercaya mampu membantu penyembuhan banyak sekali jenis penyakit dan juga bisa menciptakan kulit menjadi lebih halus.

Keberadaan legenda-legenda ini mempesona alasannya sejatinya di balik legenda ini umumnya disematkan nilai-nilai lokal, seperti untuk edukasi, untuk merawat, memelihara dan melestarikan alam. (JS)


* Jika merasa postingan ini bermanfaat, silakan dishare pada kerabat, teman dan teman-temanmu.
Sumber https://www.kalderanews.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama