Adri Lazuardi: Tujuan Pendidikan Bukan Mengeluarkan Anak Dari Sekolah

Ketua BPK PENABUR Jakarta, Adri Lazuardi di acara Perayaan Bulan Pendidikan Katolik di Indonesia (BPKI) 2018 dan HUT Ke-68 Majelis Pendidikan Katolik (MPK) di Grha Oikoumene Lantai 5 (Gedung) PGI, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Juni 2018 (KalderaNews/JS de Britto)
JAKARTA, KalderaNews.com - Ketua BPK PENABUR Jakarta, Adri Lazuardi mengakui sekolah-sekolah di bawah naungan BPK PENABUR Jakarta memikul tanggungjawab yang tidak ringan untuk menyiapkan pemimpin-pemimpin abad depan yang anti korupsi. Oleh sebab itu, pendidikan abjad semenjak dini yang fokus pada integritas menjadi salah satu prioritas di semua sekolah BPK PENABUR Jakarta.

"Kami mengajarkan pada belum dewasa bahwa bahwa buat mereka nilai baik itu harus diraih dengan integritas yang tinggi. Kami dari permulaan mengajari bawah umur supaya bersikap jujur," tegasnya pada KalderaNews di sela-sela acara Puncak Perayaan Bulan Pendidikan Nasrani di Indonesia (BPKI) 2018 dan HUT Ke-68 Majelis Pendidikan Kristen (MPK) di Grha Oikoumene Lantai 5 (Gedung) PGI, Salemba, Jakarta Pusat, Selasa, 5 Juni 2018.


BACA JUGA:
Suara Emas Siswa Penabur Semarakkan HUT MPK Ke-68 2018

Ia menyertakan sekolah BPK PENABUR Jakarta punya moto anak-anak BEST. Anak-anak BEST itu sesungguhnya akronim. Be tough artinya mereka mesti gigih dan mandiri, Excel world wide artinya mereka punya wawasan yang luas, Share with society artinya mereka harus menyebarkan dengan sesama dan Trust in God dimana mereka percaya pada Tuhan atau dengan kata lain mengandalkan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan.

"Itu yang menyebabkan satu landasan bagaimana kami mendidik belum dewasa menjadi generasi BEST atau menjadi generasi yang TERBAIK. Terbaik dalam arti kata ini tentu saja menjadi bawah umur yang jujur dan memiliki integritas yang tinggi," tandasnya.

Misalnya terkait dengan perkara menjiplak yang secara tidak eksklusif memperlihatkan kejujuran anak yang belum terbangun, ia menjelaskan ada tahapan bagaimana anak itu lantas perlu dididik.

"Pada dasarnya kami membuat tahap bahwa ketika belum dewasa menyotek, mereka harus mencar ilmu dari kesalahannya. Biasanya setelah sekali tertangkap tangan, ada guru yang melakukan pelatihan dan bimbingan konseling. Orang tua juga kita ajak bicara. Biasanya, anak-anak itu menjadi lebih baik dan tidak mengulangi perbuatan mereka."

"Ketahuan mencontek tentu tidak serta-merta langsung dikeluarkan. Itu bukan kita. Tujuan pendidikan kan bukan mengeluarkan anak dari sekolah. Tugas sekolah ialah mendidik mereka agar menjadi anak-anak yang lebih benar. Mereka harus tahu kesalahannya, tetapi juga perlu mencar ilmu dari kesalahannya," pungkasnya. (JS)


 * Jika merasa postingan ini berfaedah, silakan dishare pada kerabat, teman dan sahabat-temanmu.


Sumber https://www.kalderanews.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama