Smak 7 Penabur Mendidik Aksara Lewat Drama Musikal

Cerita drama musikal "Hairspray" mengajarkan aksara semangat usaha menjangkau mimpi (KalderaNews/Ist)

JAKARTA, KalderaNews.com – Pendidikan aksara merupakan masalah yang krusial di Indonesia final-final ini. Banyak sekali masalah-masalah terkait abjad siswa terjadi seperti penganiayaan guru, bullying, dan pergaulan bebas. Hal ini yang menjadikan pendidikan abjad perlu lebih ditanamkan semoga siswa selaku generasi abad depan bangsa mempunyai perilaku dan akal pekerti yang baik.

SMAK 7 Penabur Jakarta sebagai forum pendidikan turut berupaya untuk berbagi pendidikan huruf pada peserta didiknya. Untuk pertama kalinya, pendidikan tersebut diwujudkan dalam drama musikal yang terselenggara pada Minggu, 3 Juni 2018 di aula sekolah tersebut.

Pertunjukan drama musikal perdana SMAK 7 tersebut berjudul “Hairspray” yang merupakan penyesuaian dari karya Scott Witman dan Marc Shaiman. Pemerannya yaitu siswa-siswi kelas X dan XI yang tampil di hadapan sekitar lima ratus penonton. Mereka terdiri atas alumni, orang renta siswa, tamu usul, serta guru, dan karyawan sekolah.

Dr. Amran Budiarto Theodorus, pengelola bidang pendidikan Penabur mengungkapkan bahwa drama musikal ialah salah satu sarana pendidikan huruf siswa. Banyak nilai aksara yang mampu dipetik dari pertunjukan tersebut mulai dari proses kreatifnya hingga dongeng dalam drama itu sendiri.

“Dari prosesnya, siswa mampu berguru kepemimpinan, integritas, janji, dan rendah hati,” ungkap Dr. Amran.
Kemampuan vokal, bermain peran, menari, dan berseni rupa berpadu dalam drama musikal "Hairspray" (KalderaNews/Ist)

Selain itu, drama musikal yang menggabungkan empat seni, yaitu seni peran, musik, tari, dan rupa tersebut juga mengajarkan nilai kolaborasi. Meskipun siswa berada dalam opsi pelajaran seni yang berbeda, tetapi dalam drama tersebut mereka mesti bersinergi demi pertunjukkan yang terbaik.

Pertunjukan “Hairspray” tidak terlepas dari tutorial empat guru seni yang mengajar di SMAK 7. Seni peran dibimbing oleh Handy Wijaya selaku sutradara dan seni tari oleh Evi Novitaningsih, S.Pd., selaku koreografer. Sedangkan seni musik dipandu  Firnando Sinaga, M.Sn., selaku music director serta seni rupa dalam tata panggung oleh Ansupirto Bayu Naibaho, S.Sn.

“Jika tidak ada kerja sama yang baik, maka pentasyang dipertontonkan tidak akan mempesona,” lanjut Dr. Amran.

Alur dongeng “Hairspray” itu sendiri juga mengajarkan nilai semangat juang terhadap seluruh siswa maupun penontonnya. Berkisah wacana perjuangan seorang gadis bernama Tracy Turnblad dalam mewujudkan mimpi menjadi seorang bintang di sebuah stasiun televisi. Namun, untuk merealisasikan impian ternyata tidak semudah yang dia bayangkan. Berbagai halangan dan rintangan mesti dia hadapi untuk menggapai mimpinya itu.

Tidak cuma pengembangan karakter, drama musikal “Hairspray” juga merupakan wujud apresiasi sekolah terhadap potensi non akademik siswa. Kepala SMAK 7, Dra. Duma M.S. Hutahaean, M.M., mengungkapkan bahwa “Hairspray” merupakan wadah bagi siswa untuk menyalurkan talenta seni siswa.
 “Ini menunjukkan bahwa kami tidak cuma mendukung pengembangan kesempatanakademik siswa, tapi juga non akademik,” tuturnya. (NS)

* Jika merasa artikel ini bermanfaat, silakan dishare pada saudara, sahabat dan teman-temanmu.
Sumber https://www.kalderanews.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama