Ini Kata Para Tokoh Terkait Student Loan Di Indonesia

JAKARTA, KalderNews.com - Presiden Joko Widodo Jokowi mengaku heran perbankan Indonesia tak mempunyai produk kredit pendidikan. Oleh alasannya itu, beliau meminta perbankan nasional untuk mengeluarkan sketsa tunjangan pendidikan atau student loan. Apa reaksi perbankan dan para tokoh nasional?

1. Direktur Utama BRI, Suprajarto 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menyatakan siap menyalurkan kredit pendidikan kepada mahasiswa tergolong mahasiswa master dan doktoral. Untuk mahasiswa sarjana PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) memprioritaskan untuk jurusan ilmu pengetahuan dan teknologi serta teknik. BRIguna Flexi Pendidikan berlaku untuk pekerja aktif dengan status pekerjaan tetap instansi atau perusahaan yang akan atau sedang menempuh pendidikan S2, S3 di PTN di Indonesia.

2. Menristekdikti, Mohammad Nasir
Ia mengapresiasi peluncuran produk BRIguna Flexi Pendidikan oleh Bank Rakyat Indonesia (BRI). Ini menunjukkan sebuah cita-cita gres untuk bisa meningkatkan kualitas sumber daya Indonesia dalam menghadapi Sustainability Development Goals. Produk tersebut merupakan prospek yang sangat manis pada peluncuran pertama ini BRI menyasar pada mahasiswa S2 dan S3. Pasalnya untuk mahasiswa S1 masih memiliki risiko yang tinggi kepada produk perlindungan.

3. Finansia Consulting, Eko Endarto
Ia menyebut planning pemerintah menerapkan acara student loan atau kredit bantuan bagi mahasiswa mampu menolong masyarakat untuk mengakses pendidikan di Indonesia. Nantinya akseptor student loan harus memiliki rasa tanggung jawab bahwa beliau mempunyai kewajiban melunasi pinjaman pendidikan. Jangan lupa sanksinya juga mesti ada.

4. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution
Darmin hanya memastikan jajarannya bersama pihak terkait akan meneruskan apa yang telah diperintahkan oleh Presiden Joko Widodo.

5. Ekonom Bank Permata, Josua Pardede
Skema student loan menuntut akad mahasiswa akseptor untuk melunasi kreditnya sesudah beliau lulus dari universitas dan mendapat pekerjaan. Skemanya perlu dikaji mendalam oleh BI dan OJK. Jangan hingga kredit ini macet dan justru menyebabkan problem gres di lalu hari yang menambah beban.

6. Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Bisnis Ekonom UGM, Tony Prasetiantono
Zaman beliau kuliah sekitar tahun 1980-an sudah ada, tapi kurang sukses sehingga banyak kredit yang macet. Faktor pengawasannya lemah.

7. Ekonom LIPI, Maxensius Tri Sambodo

Untuk membuka susukan pendidikan tinggi, dapat dilaksanakan dengan berbagai sketsa, baik lewat Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) atau yang lain. “Kesempatan yang lain, seperti pendanaan mandiri dengan dukungan ke bank seharusnya juga dibuka. Terkait LPDP, hal yang penting diperhatikan yaitu jangan sampai investasi negara lebih dicicipi negara lain. Misalnya, setelah simpulan kuliah akseptor beasiswa LPDP mesti mau bekerja pada organisasi atau sektor yang ditentukan oleh negara.

8. Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso
Kredit pendidikan tak memerlukan peraturan khusus. Adapun, yang membedakan antara kredit pendidikan dengan KTA adalah cara pembayarannya. KTA bayarnya bisa setiap bulan. Nanti, student loan itu ada opsinya. Mau bayar setiap bulan, mau bayar nanti bila menerima beasiswa, atau kalau telah bekerja. Tapi yang pasti, bunga kredit pendidikan akan lebih rendah dibandingkan dengan KTA atau kredit lainnya. (JS)

* Jika merasa artikel ini berfaedah, silakan dishare pada saudara, teman dan sahabat-temanmu.
Sumber https://www.kalderanews.com/

Posting Komentar

Lebih baru Lebih lama