JAKARTA, KalderaNews.com - Seniman digital imaging yang terkenal dengan berbagai editan fotonya yang bertema komedi dan satir Agan Harahap mengaku foto hasil editannya kadang-kadang disalahgunakan untuk menyebarkan info yang tidak benar atau hoaks. Fenomena ini terjadi, menurutnya, sebab ada kesenjangan intelektual.
Kecanggihan teknologi mirip ponsel cerdas tidak serta-merta membuat penggunanya mengetahui literasi digital. Nah, supaya penduduk bisa membedakan antara gambar yang asli atau hoaks, literasi perlu diperbanyak.
Senada, Pemerhati Pendidikan Shafiq Pontoh menyoroti budaya negatif yang tumbuh dalam berinternet atau yang disebutnya dengan ekosistem digital, seperti persekusi digital, teror digital, info imitasi atau hoaks, dan lainnya.
Ia menegaskan seperti halnya lingkungan daerah tinggal, kalau lingkungan tidak sehat dan kotor, insan yang tinggal mampu jatuh sakit. Demikian pula dengan ekosistem yang sarat sampah, manusia dapat sakit secara mental.
Shafiq mendorong masyarakat untuk menggunakan hak dalam menciptakan ekosistem digital “kawasan hidup” sehari-hari ini tetap higienis. Salah satu tips yang diberikannya dalam membangun budaya positif berinternet yakni dengan mendukung konten-konten yang juga kasatmata.
“Rajin-rajinlah visit sobat-sobat lama kita yang aktual kegiatannya. Kita beri komentar, love, like. Postingan yang anggun dan berguna kita bantu share juga, semoga pelan-pelan kita detoks internet,” tuturnya di Jakarta gres-gres ini.
“Pada dasarnya kita perlu memahami wacana literasi digital supaya kita bisa menavigasi diri dalam ekosistem digital. Literasi digital tidak hanya perlu dikenali penduduk biasa , namun juga oleh pengambil keputusan, alasannya adalah jikalau pengambil keputusan tidak paham, dia menciptakan KPI-KPI (Key Performance Indicator) yang bergotong-royong tidak masuk logika atau tidak berpengaruh sama sekali,” imbuhnya.
Ia menandaskan platform digital telah selayaknya untuk kebaikan. Kalau mau diskusi atau debat tidak perlu pakai kata-kata bergairah, logical fallacy, akal diacak-adut, dibolak-balik, satu ngomong kanan-satu ngomong kiri
"Kalau memang mau berdebat, debat atau diskusi lah secara sehat. Termasuk saat ngobrol di chat platform,” pungkas Shafiq. (JS)
* Jika merasa postingan ini berfaedah, silakan dishare pada saudara, sahabat dan sahabat-temanmu. Sumber https://www.kalderanews.com/