DELFT, KalderaNews.com - Salah satu destinasi "KalderaNews Jelajah Negeri Kincir Angin 2018" yang diprakarsai oleh Nuffic Neso Indonesia adalah singgah di kota Delft untuk menghadiri International Students' Day (ISD) atau Hari Pelajar Internasional 2018 yang diselenggarakan oleh Nuffic.
Nuffic adalah organisasi non-profit di Belanda yang ditunjuk resmi untuk menangani kolaborasi internasional di bidang pendidikan dan dibiayai oleh pemerintah Belanda. Nuffic memiliki perwakilan di Indonesia dengan nama Nuffic Neso Indonesia. Nuffic berkala memperingati International Students' Day dengan program-acara yang edukatif, reflektif dan membangkitkan dunia pendidikan secara universal.
BACA JUGA:
Gegar Budaya Mahasiswa Indonesia di Belanda, Apa yang Harus Dilakukan?
Pada 2018 ini International Students' Day yang diprakarsai Nuffic dilangsungkan di kota pelajar Delft yang terletak di Provinsi Belanda Selatan. Kota kecil ini terletak di antara Rotterdam dan Den Haag.
Delft mempunyai nilai sejarah yang penting bagi Belanda. Kota ini mempunyai nama lain, ialah Prinssenstad atau Kota Pangeran. Julukan ini diberikan terhadap Delft alasannya adalah Willem van Oranje (William of Orange) atau Willem de Zwijger (William yang Pendiam), pangeran dan raja pertama di Belanda, tinggal di kota ini.
Berdiri pada abad ke-13 silam, kota ini menjadi sentra pemerintahan dengan tembok yang besar. Sisa dari tembok ini masih dapat dilihat di Oostpoort.
Delft terkenal dengan kanal dan keramik biru. Beberapa destinasi wisatanya yang patut disinggahi yakni Oude Kerk, City Hall, the Oostpoort, the Gemeenlandhuis/Huyterhuis dan the Delftsehout.
Delft juga populer dengan Technische Universiteit Delft (TuD) yang menerima berbagai mahasiswa baik yang tiba dari luar negeri dan dari kota-kota di Belanda yang lain. Tak mengherankan, Delft dijuluki sebagai kota pelajar alasannya adalah sepuluh persen dari penduduk di Delft yaitu mahasiswa.
Selain TU Delft, ada pula UNESCO-IHE dan Inholland Hogeschool. UNESCO-IHE merupakan institut paling besar di dunia yang konsentrasi pada pendidikan wacana perairan, dan satu-satunya institusi yang mengeluarkan ijazah MSc terakreditasi dan diautorisasi oleh PBB.
Di kampus UNESCO-IHE (IHE Delft) inilah International Students' Day 2018 dilangsungkan.
Tirani di Balik ISD
Bukan tanpa argumentasi Nuffic rutin memperingati International Students' Day tiap tahunnya. Di baliknya ada impian besar pada pelajar internasional yang kuliah di Belanda untuk meneladani semangat para pelajar di bawah tirani di masa lalu dengan cara gres, adalah tidak hanya memperluas cakrawala, tetapi andil secara faktual dalam memberi inspirasi dan mengembangkan kualitas pendidikan di dunia.
Meski belum begitu populer di Indonesia, ternyata di balik International Students' Day atau dalam bahasa Indonesia kerap disebut dengan Hari Pelajar Internasional yang diperingati tiap tanggal 17 November 2018, tersimpan spirit yang layak diteladani.
International Student Day's (ISD) ialah hari untuk mengingat semangat dan pengorbanan para pelajar Cekoslovakia ketika menentang fasisme Nazi. Bermula di Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Ceko pada 20 Oktober 1939, sejumlah mahasiswa yang menentang rezim fasisme Nazi harus mengalami represi dari antek-antek Adolf Hitler yang memiliki ambisi untuk memperluas daerah kolonial sampai Cekoslovakia setelah menaklukan Austria.
Tepatnya pada 11 November 1939, penggagas gerakan mahasiswa Jan Opletal menjadi korban kekerasan yang dijalankan oleh rezim Nazi. Setelah pemakamannya pada 15 November yang didatangi ribuan mahasiswa dari berbagai penjuru Ceko, rezim fasisme Nazi memberikan komando agar menutup semua kampus yang berada di daerah koloni Cekoslovakia.
Setelah menghimpun data, lebih dari 1.200 mahasiswa ditangkap dan dijebloskan ke kamp fokus , serta sekitar sembilan orang mahasiswa berikut profesor harus menerima konsekuensi sanksi dengan dijebloskan ke penjara dan dihukum mati tanpa ada proses pengadilan lebih lanjut pada 17 November 1939.
Tiap 17 November pun lantas diperingati selaku International Student Day's (ISD) atau Hari Pelajar Internasional. Peringatan sejarah kelam kaum pintar tersebut dikerjakan untuk pertama kalinya oleh Dewan Pelajar Mahasiswa Internasional di London, Inggris, pada 1941.
Selanjutnya, tradisi peringatan ISD diakomodir oleh Serikat Mahasiswa Internasional yang mendapat tunjangan berpengaruh dari Serikat Nasional Mahasiswa di Eropa dan aneka macam organisasi yang lantas mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menunjukkan legitimasi selaku hari bersejarah internasional.
ISD 2018 di Delft
Di era kini ISD tentu dimaknai sebagai hal yang non-politik, namun lebih pada aspek misi di area multikulturalisme, mirip spirit yang diusung oleh Nuffic di ISD 2018 di Delft pada Sabtu, 17 November 2018.
Meski telah ada banyak acara dan acara terkait ISD 2018 mirip jobfair, webinar hingga kampanye media sosial selama sepekan di banyak sekali kota di Belanda, Nuffic tidak mau absen dengan program yang lebih edukatif dan inspiratif.
Dihadiri oleh pelajar dari banyak sekali penjuru dunia, ISD 2018 di Delft disemarakkan dengan sesi panel dari para alumni yang pernah mengenyam pendidikannya di Belanda. Mereka adalah Victoria Norgbey (Ghana), Charmae Nercua (Filipina) dan Kezang Gaden (Bhutan).
Director General for International Cooperation Ministry of Foreign Affairs, Reina Buijs dalam sambutannya meminta para mahasiswa dan alumni yang datang untuk kian terbuka dan tidak terkungkung serta sibuk dengan dunianya sendiri. When you are better off, you enlarge your table and not build a higher wall.
Hal senada ditandaskan oleh Manager Global Development Nuffic, Roos Hagenkamp yang mendesak para pelajar dan alumni untuk memberi gagasan satu sama lain sebagai agen perubahan.
Saat sesi panel yang didatangi Director-General of Nuffic, Freddy Weima pada pagi menjelang siang itu, Victoria Norgbey (Ghana), Charmae Nercua (Filipina) dan Kezang Gaden (Bhutan) dengan dimoderatori oleh Senay Ӧzdemir, secara bergantian berbagi pengalaman mulai dari hal-hal yang boleh dikata sepele, mulai gaya hidup di kampus, perbedaan budaya yang mesti disikapi selaku pelajar internasional, pengalaman menikah dan punya anak di Belanda serta membuatkan impian usai mereka akhir kuliah dari Negeri Kincir Angin.
Pada sesi tanya jawab, kehidupan awal kampus, tanda-tanda gegar budaya, hingga cara menyalurkan kerinduan pada orangtua dan anak mereka diulik oleh para penanya.
“Tadi sharing session gitu sih. Share gimana kuliah, hingga nanya cara mengobati kerinduan sama anak melalui video call. Justru yang ada malah semakin kangen, malah makin nangis kata narasumber orang Ghana tadi,” terang Intan, mahasiswa S2 asal Indonesia pada KalderaNews usai program.
Diketahui, International Students' Day 2018 yang dihelat oleh Nuffic kali ini berjalan dari pukul 09:30-12:00 waktu Belanda. Peserta dan alumni yang hadir yakni para peraih beasiswa Orang Knowledge Programme (OKP).
Orange Knowledge Programme (OKP) merupakan program lima tahun (2017 – 2022) dari Kementrian Luar Negeri Belanda. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkesinambungan yang inklusif di banyak negara, termasuk di Indonesia. Guna meraih tujuan ini, upaya kenaikan kapasitas organisasi dan individu menjadi hal utama bagi OKP.
Dana OKP disalurkan untuk tiga modalitas yaitu beasiswa, pelatihan dan kerjasama institusi. Prioritas tema bagi Indonesia untuk acara OKP ialah penegakan hukum dan keselamatan (Security and Rule of Law), Air (Water) dan Ketahanan Pangan (Food Security). Penentuan tema ini didasarkan pada prioritas koordinasi bilateral antara Indonesia – Belanda dan serangkaian kegiatan konsultasi dengan pemangku kepentingan yang ada di Indonesia.
Pada 2018 ini OKP membuka peluang bagi warga negara Indonesia untuk melanjutkan program studi Master (S2) dan melakukan training singkat di Belanda. Hingga batas simpulan pendaftaran beasiswa, Nuffic mendapatkan 428 pendaftar dari Indonesia. Sebanyak 34 orang kemudian dinyatakan memenuhi kualifikasi dan berhak mengikuti program studi Master dan pembinaan di Belanda
Di penghujung sesi ISD 2018 di Delft tahun ini, tim dari Nuffic lantas mengajak pelajar dan alumni untuk membagikan kisahnya selama berkuliah di Negeri Bunga Tulip dengan tagar #OrangeKnowledge.
Dengan banyak dongeng tersebut, Nuffic berharap akan semakin banyak orang yang terinspirasi dan ingin melanjutkan jenjang pendidikannya di Negeri van Oranje ini. (FH)
Nuffic adalah organisasi non-profit di Belanda yang ditunjuk resmi untuk menangani kolaborasi internasional di bidang pendidikan dan dibiayai oleh pemerintah Belanda. Nuffic memiliki perwakilan di Indonesia dengan nama Nuffic Neso Indonesia. Nuffic berkala memperingati International Students' Day dengan program-acara yang edukatif, reflektif dan membangkitkan dunia pendidikan secara universal.
BACA JUGA:
Gegar Budaya Mahasiswa Indonesia di Belanda, Apa yang Harus Dilakukan?
Pada 2018 ini International Students' Day yang diprakarsai Nuffic dilangsungkan di kota pelajar Delft yang terletak di Provinsi Belanda Selatan. Kota kecil ini terletak di antara Rotterdam dan Den Haag.
Delft mempunyai nilai sejarah yang penting bagi Belanda. Kota ini mempunyai nama lain, ialah Prinssenstad atau Kota Pangeran. Julukan ini diberikan terhadap Delft alasannya adalah Willem van Oranje (William of Orange) atau Willem de Zwijger (William yang Pendiam), pangeran dan raja pertama di Belanda, tinggal di kota ini.
Berdiri pada abad ke-13 silam, kota ini menjadi sentra pemerintahan dengan tembok yang besar. Sisa dari tembok ini masih dapat dilihat di Oostpoort.
Rumah-rumah di pinggir akses yang ditata apik di Delft, Belanda (KalderaNews/Fajar H) |
Delft juga populer dengan Technische Universiteit Delft (TuD) yang menerima berbagai mahasiswa baik yang tiba dari luar negeri dan dari kota-kota di Belanda yang lain. Tak mengherankan, Delft dijuluki sebagai kota pelajar alasannya adalah sepuluh persen dari penduduk di Delft yaitu mahasiswa.
Selain TU Delft, ada pula UNESCO-IHE dan Inholland Hogeschool. UNESCO-IHE merupakan institut paling besar di dunia yang konsentrasi pada pendidikan wacana perairan, dan satu-satunya institusi yang mengeluarkan ijazah MSc terakreditasi dan diautorisasi oleh PBB.
Di kampus UNESCO-IHE (IHE Delft) inilah International Students' Day 2018 dilangsungkan.
Tirani di Balik ISD
Bukan tanpa argumentasi Nuffic rutin memperingati International Students' Day tiap tahunnya. Di baliknya ada impian besar pada pelajar internasional yang kuliah di Belanda untuk meneladani semangat para pelajar di bawah tirani di masa lalu dengan cara gres, adalah tidak hanya memperluas cakrawala, tetapi andil secara faktual dalam memberi inspirasi dan mengembangkan kualitas pendidikan di dunia.
Meski belum begitu populer di Indonesia, ternyata di balik International Students' Day atau dalam bahasa Indonesia kerap disebut dengan Hari Pelajar Internasional yang diperingati tiap tanggal 17 November 2018, tersimpan spirit yang layak diteladani.
International Student Day's (ISD) ialah hari untuk mengingat semangat dan pengorbanan para pelajar Cekoslovakia ketika menentang fasisme Nazi. Bermula di Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan Republik Ceko pada 20 Oktober 1939, sejumlah mahasiswa yang menentang rezim fasisme Nazi harus mengalami represi dari antek-antek Adolf Hitler yang memiliki ambisi untuk memperluas daerah kolonial sampai Cekoslovakia setelah menaklukan Austria.
Para pelajar dari Indonesia di International Students' Day di IHE Delft, Belanda, Sabtu, 17 November 2018 (KalderaNews/Fajar H) |
Setelah menghimpun data, lebih dari 1.200 mahasiswa ditangkap dan dijebloskan ke kamp fokus , serta sekitar sembilan orang mahasiswa berikut profesor harus menerima konsekuensi sanksi dengan dijebloskan ke penjara dan dihukum mati tanpa ada proses pengadilan lebih lanjut pada 17 November 1939.
Tiap 17 November pun lantas diperingati selaku International Student Day's (ISD) atau Hari Pelajar Internasional. Peringatan sejarah kelam kaum pintar tersebut dikerjakan untuk pertama kalinya oleh Dewan Pelajar Mahasiswa Internasional di London, Inggris, pada 1941.
Selanjutnya, tradisi peringatan ISD diakomodir oleh Serikat Mahasiswa Internasional yang mendapat tunjangan berpengaruh dari Serikat Nasional Mahasiswa di Eropa dan aneka macam organisasi yang lantas mendesak Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menunjukkan legitimasi selaku hari bersejarah internasional.
ISD 2018 di Delft
Di era kini ISD tentu dimaknai sebagai hal yang non-politik, namun lebih pada aspek misi di area multikulturalisme, mirip spirit yang diusung oleh Nuffic di ISD 2018 di Delft pada Sabtu, 17 November 2018.
Meski telah ada banyak acara dan acara terkait ISD 2018 mirip jobfair, webinar hingga kampanye media sosial selama sepekan di banyak sekali kota di Belanda, Nuffic tidak mau absen dengan program yang lebih edukatif dan inspiratif.
Dihadiri oleh pelajar dari banyak sekali penjuru dunia, ISD 2018 di Delft disemarakkan dengan sesi panel dari para alumni yang pernah mengenyam pendidikannya di Belanda. Mereka adalah Victoria Norgbey (Ghana), Charmae Nercua (Filipina) dan Kezang Gaden (Bhutan).
Director General for International Cooperation Ministry of Foreign Affairs, Reina Buijs dalam sambutannya meminta para mahasiswa dan alumni yang datang untuk kian terbuka dan tidak terkungkung serta sibuk dengan dunianya sendiri. When you are better off, you enlarge your table and not build a higher wall.
Hal senada ditandaskan oleh Manager Global Development Nuffic, Roos Hagenkamp yang mendesak para pelajar dan alumni untuk memberi gagasan satu sama lain sebagai agen perubahan.
Saat sesi panel yang didatangi Director-General of Nuffic, Freddy Weima pada pagi menjelang siang itu, Victoria Norgbey (Ghana), Charmae Nercua (Filipina) dan Kezang Gaden (Bhutan) dengan dimoderatori oleh Senay Ӧzdemir, secara bergantian berbagi pengalaman mulai dari hal-hal yang boleh dikata sepele, mulai gaya hidup di kampus, perbedaan budaya yang mesti disikapi selaku pelajar internasional, pengalaman menikah dan punya anak di Belanda serta membuatkan impian usai mereka akhir kuliah dari Negeri Kincir Angin.
Pada sesi tanya jawab, kehidupan awal kampus, tanda-tanda gegar budaya, hingga cara menyalurkan kerinduan pada orangtua dan anak mereka diulik oleh para penanya.
“Tadi sharing session gitu sih. Share gimana kuliah, hingga nanya cara mengobati kerinduan sama anak melalui video call. Justru yang ada malah semakin kangen, malah makin nangis kata narasumber orang Ghana tadi,” terang Intan, mahasiswa S2 asal Indonesia pada KalderaNews usai program.
Diketahui, International Students' Day 2018 yang dihelat oleh Nuffic kali ini berjalan dari pukul 09:30-12:00 waktu Belanda. Peserta dan alumni yang hadir yakni para peraih beasiswa Orang Knowledge Programme (OKP).
Orange Knowledge Programme (OKP) merupakan program lima tahun (2017 – 2022) dari Kementrian Luar Negeri Belanda. Program ini bertujuan untuk mewujudkan pembangunan berkesinambungan yang inklusif di banyak negara, termasuk di Indonesia. Guna meraih tujuan ini, upaya kenaikan kapasitas organisasi dan individu menjadi hal utama bagi OKP.
Dana OKP disalurkan untuk tiga modalitas yaitu beasiswa, pelatihan dan kerjasama institusi. Prioritas tema bagi Indonesia untuk acara OKP ialah penegakan hukum dan keselamatan (Security and Rule of Law), Air (Water) dan Ketahanan Pangan (Food Security). Penentuan tema ini didasarkan pada prioritas koordinasi bilateral antara Indonesia – Belanda dan serangkaian kegiatan konsultasi dengan pemangku kepentingan yang ada di Indonesia.
Pada 2018 ini OKP membuka peluang bagi warga negara Indonesia untuk melanjutkan program studi Master (S2) dan melakukan training singkat di Belanda. Hingga batas simpulan pendaftaran beasiswa, Nuffic mendapatkan 428 pendaftar dari Indonesia. Sebanyak 34 orang kemudian dinyatakan memenuhi kualifikasi dan berhak mengikuti program studi Master dan pembinaan di Belanda
Di penghujung sesi ISD 2018 di Delft tahun ini, tim dari Nuffic lantas mengajak pelajar dan alumni untuk membagikan kisahnya selama berkuliah di Negeri Bunga Tulip dengan tagar #OrangeKnowledge.
Dengan banyak dongeng tersebut, Nuffic berharap akan semakin banyak orang yang terinspirasi dan ingin melanjutkan jenjang pendidikannya di Negeri van Oranje ini. (FH)
SIMAK VIDEO
Apa Itu Beasiswa Orange Knowledge Programme (OKP)?
oleh
Awardee OKP di Belanda
oleh
Awardee OKP di Belanda
* Jika merasa postingan ini berguna, silakan dishare pada saudara, sobat dan sahabat-temanmu.
Sumber https://www.kalderanews.com/