1. Cari tahu apa yang anak pahami, bahas secara singkat apa yang terjadi. Meliputi fakta-fakta yang sudah terkonfirmasi, dan ajak anak untuk menghindari isu spekulasi.
2. Hindari paparan terhadap televisi dan media sosial yang sering memperlihatkan gambar sampai adegan yang mengerikan bagi kebanyakan anak, terutama anak di bawah usia 12 tahun.
3. Indentifikasi rasa takut anak yang mungkin berlebihan. Pahami bahwa setiap anak memiliki abjad unik. Jelaskan bahwa kejahatan terorisme sangat jarang, tetapi kewaspadaan tetap diharapkan.
4. Bantu anak mengungkapkan perasaan terhadap bencana, jikalau ada rasa murka, arahkan pada target yang tepat, ialah pelaku kejahatan. Hindari praduga pada identitas golongan yang didasarkan pada praduga.
5. Jalani acara keluarga bersama secara wajar , untuk memberikan rasa tenteram, serta tidak tunduk pada tujuan teroris yaitu menganggu kehidupan kita. Kebersamaan, dan komunikasi berkala penting untuk mendukung anak.
6. Ajak anak berdiskusi, dan mengapresiasi kerja para Polisi, Tentara Nasional Indonesia, dan Petugas kesehatan yang melindungi, melayani, hingga menolong kita di kala bencana. Diskusikanlah lebih banyak wacana segi kegesitan, dan keberanian mereka ketimbang sisi kejahatan pelaku teror. (NS)
* Jika merasa postingan ini berguna, silakan dishare pada saudara, sahabat dan sobat-temanmu. Sumber https://www.kalderanews.com/